Puisi Kemerdekaan

TUGAS KEMERDEKAAN
Karya: Ahmad Faqih


Merdeka..!!
Indonesia sudah merdeka ibu
Ibu tak perlu susah payah
Untuk mencarikanku sebutir nasi
Kita sudah aman dari penjajah

Barisan senjata tak mampu membakar
Bambu runcing yang penuh api kemarahan
Persatuan menjadi alasan
Keberanian para pahlawan

Kita merdeka ibu
Sekarang kita bisa makan dari ladang kita sendiri
Aku ingin belajar
Kelak, aku akan menguasai dunia

Jemawa anak bangsa
Bibit yang benar-benar merasakan kemerdekaan
Mereka harus terbebas dari perbudakan
Mereka masa depan bangsa

Indonesia menjadi bangsa yang merdeka
Terbebas dari kemiskinan
Kesejahteraan kemakmuran
Adalah indikasi reingkarnasi negeri

Namun, entahlah..
Setelah kita nikmati euforia orde lama
Kita lalai dimasa orde baru
Hingga kita tertatih di masa reformasi

Moral anak bangsa lah yang menjadi korban
Informasi yang seharusnya memotivasi
Justru meracuni tak terkendali
Membawa virus membumi

Gawat, indonesia kembali dijajah
Bukan deretan senjata api canggih
Bukan pula tentara yang kejam
Sekarang, kita sanggup lawan mereka

Lalu, apa yang dijajah dari kita?
Gedung-gedung pemerintahan?
Bukan semakin hancur malah
Kian megah nan gagah

Ya, moralitas negri!!
Kedaulatan negara kini redup
Negara tak kuasa melawan kemerosotan akhlak
Ironinya, merekalah bangsa Indonesia sendiri

Pejabat yang seharusnya menjadi contoh
Justru dari merekalah
Masalah terus bertambah
Bak virus yang terus mewabah

Korupsi bukan dihabisi
Tetapi menjadi kebanggaan hati
Kompak memiskinkan rakyat
Itukah kerja seorang pejabat..?

Andai saja nenek moyang kita
Tak terburu-buru untuk merdeka
Mungkin sekarang aku bangga
Terlahir sebagai warga negara Belanda

Cinta tanah air adalah
Menjaga diri lahir bathin
Dari apa yang merusaknya
Bukan bertaruh harta benda untuk kekuasaan

Kemerdekaan adalah warisan
Yang segenap tenaga kita perjuangkan
Bukan pelajaran sejarah semata
Melainkan martabat bangsa yang harus dijaga

Kemerdekaan harus menjadi harapan
Kita mungkin sanggup sehari
Tanpa makan dan minum
Namun, kita tak sanggup meski sedetikpun hidup tanpa harapan